Saturday 8 September 2012

Candi Jawa Barat dan Timur


TUGAS SEJARAH

1.    Tuliskan cirri-ciri candi Jawa Tengah dengan candi Jawa Timur!

ØCandi di Jawa Timur

Candi di Jawa Timur umumnya lebih artistik. Tatakan atau kaki candi umumnya lebih tinggi dan berbentuk selasar bertingkat. Untuk sampai ke bangunan utama candi, orang harus melintasi selasar-selasar bertingkat yang dihubungkan dengan tangga.
Tubuh bangunan candi di Jawa Timur umumnya ramping dengan atap bertingkat mengecil ke atas dan puncak atap berbentuk kubus. Penggunaan makara di sisi pintu masuk digantikan dengan patung atau ukiran naga. Perbedaan yang mencolok juga terlihat pada reliefnya. Relief pada candi-candi Jawa Timur dipahat dengan teknik pahatan yang dangkal (tipis) dan bergaya simbolis. Objek digambarkan tampak samping dan tokoh yang digambarkan umumnya diambil dari cerita wayang.
Rentang waktu pembangunan candi-candi di Jawa Timur lebih panjang dibandingkan dengan yang berlangsung di Jawa Tengah, yang hanya berkisar antara 200-300 tahun. Pembangunanan candi di Jawa timur masih berlangsung sampai abad ke-15. Candi-candi yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit umumnya menggunakan bahan dasar batu bata merah dengan hiasan yang lebih sederhana. Pada abad ke-13 Kerajaan Majapahit mulai surut pamornya bersamaan dengan masuknya Islam ke pulau Jawa. Pada masa itu banyak bangunan suci yang berkaitan dengan agama Hindu dan Buddha ditinggalkan dan akhirnya dilupakan begitu oleh masyarakat yang sebagian besar telah berganti memeluk agama Islam. Akibatnya, bangunan candi yang ditelantarkan itu mulai tertimbun longsoran tanah dan ditumbuhi belukar. Ketika kemudian daerah di sekitarnya berkembang menjadi daerah pemukiman, keadaannya menjadi lebih parah lagi. Dinding candi dibongkar dan diambil batunya untuk fondasi rumah atau pengeras jalan, sedangkan bata merahnya ditumbuk untuk dijadikan semen merah. Sejumlah batu berhias pahatan dan arca diambil oleh sinder-sinder perkebunan untuk dipajang di halaman pabrik-pabrik atau rumah dinas milik perkebunan.
Candi bercorak Jawa Tengah umumnya memiliki tubuh yang tambun, berdimensi geometris vertikal dengan pusat candi terletak di tengah, sedangkan corak Jawa Timur bertubuh ramping, berundak horisontal dengan bagian paling suci terletak belakang. Berbeda denga candi-candi Jawa Tengah, selain sebagai monumen candi di Jawa Timur diduga kuat juga berfungsi sebagai tempat pendarmaan dan pengabadian raja yang telah meninggal. Candi di Jawa Timur jumlahnya mencapai puluhan, umumnya pembangunannya mempunyai kaitan erat dengan Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit.
ØCandi di Jawa Tengah
Candi di Jawa Tengah umumnya menghadap ke Timur, dibangun menggunakan batu andesit. Bangunan candi umumnya bertubuh tambun dan terletak di tengah pelataran. Di antara kaki dan tubuh candi terdapat selasar yang cukup lebar, yang berfungsi sebagai tempat melakukan ‘pradaksina’ . Di atas ambang pintu ruangan dan relung terdapat hiasan kepala Kala (Kalamakara) tanpa rahang bawah. Bentuk atap candi di Jawa tengah umumnya melebar dengan puncak berbentuk ratna atau stupa. Keterulangan bentuk pada atap tampak dengan jelas.
Di samping letak dan bentuk bangunannya, candi Jawa tengah mempunyai ciri khas dalam hal reliefnya, yaitu pahatannya dalam, objek dalam relief digambarkan secara naturalis dengan tokoh yang mengadap ke depan. Batas antara satu adegan dengan adegan lain tidak tampak nyata dan terdapat bidang yang dibiarkan kosong. Pohon Kalpataru yang dianggap sebagai pohon suci yang tumbuh ke luar dari objek berbentuk bulat banyak didapati di candi-candi Jawa tengah.
Candi di Jawa Tengah dan Yogyakarta jumlahnya mencapai puluhan, umumnya pembangunannya mempunyai kaitan erat dengan Kerajaan Mataram Hindu, baik di bawah pemerintahan Wangsa Sanjaya maupun Wangsa Syailendra.
2.  Tuliskan ciri-ciri candi Buddha dan Hindu!

Ø Ciri candi Buddha

Candi Buddha pada puncak candi terdapat bentuk stupa, seperti candi borobudur, candi mendut, candi pawon, candi ngawen - relief cerita di dinding candi misalnya relief di candi borobudur yaitu lelitavistara, jataka/avadana, dan gandawyuha - terdapat arca buddha baik buddha dalam kelompok dyani buddha seperti candi borobudur maupun kelompok dyani bodhisatwa seperti salah satu arca di candi mendut.

Ø Ciri candi Hindu

Candi Hindu pada puncaknya terdapat bentuk ratna, seperti candi selogriyo, candi prambanan, candi sambisari - relief cerita di dingding candi misal di candi prambanan yaitu ramayana dan krisnayana - terdapat arca dewi trimurti (brahma, siwa, wisnu), durgamahisasuramardini, agastya, ganesha (baik dalam bilik candi maupun relung dinding candi).

3.  Tuliskan cirri-ciri dari patung :
a.     Dewa Siwa
b.     Dewa Brahmana
c.      Dewa Wisnu

Ø Dewa Siwa
Dewa Siwa memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan karakternya, yakni:
  • Bertangan empat, masing-masing membawa:
    trisula, cemara, tasbih/genitri, kendi
  • Bermata tiga (tri netra)
  • Pada hiasan kepalanya terdapat ardha chandra (bulan sabit)
  • Ikat pinggang dari kulit harimau
  • Hiasan di leher dari ular kobra
  • Kendaraannya lembu Nandini
Oleh umat Hindu Bali, Dewa Siwa dipuja di Pura Dalem, sebagai dewa yang mengembalikan manusia ke unsurnya, menjadi Panca Maha Bhuta. Dalam pengider Dewata Nawa Sanga (Nawa Dewata), Dewa Siwa menempati arah tengah dengan warna panca warna. Ia bersenjata padma dan mengendarai lembu Nandini.

Ø Dewa Brahmana
Dewa Brahmana memiliki ciri-ciri umum yang dimiliki Dewa Brahma, yakni:
  • bermuka empat yang memandang ke empat penjuru mata angin (catur muka), yang mana pada masing-masing wajah mengumandangkan salah satu dari empat Veda.
  • bertangan empat, masing-masing membawa:
ü  Tongkat Teratai, kadangkala sendok (Brahma terkenal sebagai Dewa yadnya atau upacara)
ü  Weda/kitab suci
ü  Busur
ü  Genitri
·       menunggangi hamsa (angsa) atau duduk di atas teratai
Ø Dewa Wisnu
Dewa Wisnu digambarkan sebagai berikut:
  • Seorang pria yang berlengan empat. Berlengan empat melambangkan segala kekuasaanya dan segala kekuatannya untuk mengisi seluruh alam semesta.
  • Kulitnya berwarna biru gelap, atau seperti warna langit. Warna biru melambangkan kekuatan yang tiada batas, seperti warna biru pada langit abadi atau lautan abadi tanpa batas.
  • Di dadanya terdapat simbol kaki Resi Brigu.
  • Juga terdapat simbol srivatsa di dadanya, simbol Dewi Laksmi, pasangannya.
  • Pada lehernya, terdapat permata Kaustubha dan kalung dari rangkaian bunga
  • Memakai mahkota, melambangkan kuasa seorang pemimpin
  • Memakai sepasang giwang, melambangkan dua hal yang selalu bertentangan dalam penciptaan, seperti: kebijakan dan kebodohan, kesedihan dan kebahagiaan, kenikmatan dan kesakitan.
  • Beristirahat dengan ranjang Ananta Sesa, ular suci.
Wisnu sering dilukiskan memegang empat benda yang selalu melekat dengannya, yakni:
  • Terompet kulit kerang atau Shankhya, bernama "Panchajanya", dipegang oleh tangan kiri atas, simbol kreativitas. Panchajanya melambangkan lima elemen penyusun alam semesta dalam agama Hindu, yakni: air, tanah, api, udara, dan ether.
  • Cakram, senjata berputar dengan gerigi tajam, bernama "Sudarshana", dipegang oleh tangan kanan atas, melambangkan pikiran. Sudarshana berarti pandangan yang baik.
  • Gada yang bernama Komodaki, dipegang oleh tangan kiri bawah, melambangkan keberadaan individual.
  • Bunga lotus atau Padma, simbol kebebasan. Padma melambangkan kekuatan yang memunculkan alam semesta.
4.  Tuliskan tujuan dari upacara:
a.        Nyepi
b.       Galungan dan Kuningan

Ø Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan / kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktifitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia / microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Ø Galungan dan Kuningan
Perayaan Galungan dan Kuningan bertujuan mengingatkan umat Hindu agar senantiasa memenangkan dharma dalam kehidupan sehari-hari.
Dharma adalah kecenderungan Trikaya parisuda yang disebut sebagai Dewa Sampad, sedangkan kebalikannya, yaitu Adharma adalah kecenderungan sifat dan prilaku keraksasaan atau Asura Sampad.
Sanghyang Tiga Wisesa berwujud sebagai Bhuta Dungulan, Bhuta Galungan dan Bhuta Amangkurat adalah symbol Asura Sampad yang ada dalam diri setiap manusia, yaitu kecenderungan ingin lebih unggul (Dungul), kecenderungan ingin menang dalam pertikaian (Galung), dan kecenderungan ingin berkuasa (Amangkurat).