Kring...! Kring...!
Kring...! Bunyi alarmku berbunyi dan membuatku terbangun pukul 5 pagi. Seperti
biasa, aku tak bisa langsung bangun dan dengan sigap langsung mencuci muka, aku
selalu ngulet di kasur sambil mengumpulkan nyawa yang ada. Setelah ngulet pun
aku terbiasa untuk mengecek handphone sekedar hanya untuk melihat pesan yang
masuk selama aku tertidur semalam.
Tok tok tok...! Pintuku
diketuk dan aku tahu siapa yang mengetuknya.
“Cipta...! Bangun, salat
subuh langsung mandi jangan tidur lagi nanti malah terlambat ke sekolah. Cipta...!
Bangun....!” kata mamaku dengan volume suara yang keras bahkan bisa membuat seisi
rumah terbangun, padahal aku adalah orang kedua yang dibangunkan oleh mamaku
setelah ayahku.
“Iya ma” kataku
Hari ini adalah hari
pertamaku masuk sekolah setelah liburan semester kemarin. Aku berdiri dan
bersiap untuk salat subuh dan mandi. Baju putih dan celana putih yang aku pakai
setelah mandi ini terasa lebih sempit dari semester kemarin. Mungkin karena
liburan semester aku hanya makan, tidur, dan latihan Marching Band.
Tapi jika dipresentasikan
makan 50%, tidur 20%, dan latihan 30%. Jadi tidak heran seragam yang aku pakai
terasa lebih sempit dari biasanya. Ya, tentu saja latihan di Marching Band yang
aku ikuti tidak mengenal kata libur bahkan disaat bertepatan dengan tanggal
merah dan pekan ujianpun aku tetap harus latihan Marching Band, mungkin ini
termasuk salah satu perjuangan anak Marching Band terlebih Marching Band ku
harus tetap menjaga reputasinya.
Aku lihat jam sudah
menunjukkan pukul 06.10 dan siap untuk berangkat ke sekolah naik bis yang biasa
aku naiki. Hari ini aku resmi menjadi siswa kelas XI SMA, dimana kelas XI
menurutku adalah masa yang paling menyenangkan di sekolah. Buku pelajaran
berkurang karena sudah kearah jurusan, liburan study tour yang hanya ada di kelas XI, dan tidak ada lagi kata ‘dikerjai’
oleh senior karena senior fokus untuk Ujian Nasional terlebih ada siswa yang
lebih baru untuk menjadi sasaran empuk hahaha.
Sesampainya di gerbang
sekolah ada suara yang tak asing memanggilku.
“Cici”
sahut Reza teman satu sectionku di Mellophone yang kebetulan satu sekolah
denganku dan dia juga menjadi teman yang paling dekat denganku.
“Apa?”
tanyaku
“Gua pinjem dasi, ada? Tuh lihat
ada Bu Raida, gua mana bisa masuk kalo gak ada dasi, gua kan udah banyak poin
Ci. Ada kan Ci? Ada kan?” katanya dengan nada yang memelas.
“Iya, iya nih pake aja” aku
memang terbiasa membawa dasi dua dan topi dua, hanya untuk berjaga-jaga dalam
keadaan darurat dan inilah keadaan daruratnya.
“Lagi itu ibu-ibu demen
banget sih ngadain inspeksi mendadak begini, biasanya juga tuh orang masih
nonton Spongebob di ruang guru” katanya dengan ketus.
“Salah! Jam segini mah bukan
Spongebob tapi Dora. Ya wajar lah namanya juga kesiswaan, lagi lu ada-ada aja
udah tau hari pertama masuk sekolah malah nyari masalah” kataku dan bermaksud
untuk menyindirnya.
“Iya iya maaf hehehe makasih
ya Cici, hahaha” sembari mengambil dasi dari tanganku.
Aku sedikit kesal jika ada
orang yang memanggilku begitu, tapi aku juga bukan termasuk orang mendendam
karena aku orang yang rajin beribadah, ramah, suka menolong, suka cuci kaki
kalau mau tidur, dan siang makan nasi kalau malam minum susu.
Meskipun namaku Cipta
Pratama tapi di sekolah aku sering dipanggil Cici. Cici adalah nama panggilan
yang aku dapat karena mataku yang sedikit sipit dan memakai kacamata seperti
kokoh tukang handphone di Roxy Mas.
Lalu mengapa dipanggil Cici bukannya Kokoh? Karena meskipun laki-laki, aku
tidak suka dengan bertarung dan olahraga jenis apapun, hal ini juga merupakan
alasanku untuk tidak mengikuti ekskul yang ada di sekolah karena memang tidak
ada yang sesuai denganku, jadi tugasku hanya bangun tidur, ke sekolah, belajar
dengan baik, dan pulang. Itulah rutinitas ku dari Senin sampai Jum’at, karena
itu saat akhir pekan datang aku hanya bisa berkata “HAPPY MARCHING DAY”.
Karena itu mereka
memanggilku Cici atau bahkan lebih ekstrem lagi adalah terkadang mereka yang
akrab denganku memanggilku dengan sebutan Banci, karena aku lebih suka berteman
dengan perempuan terlebih kedua kakakku juga perempuan pernah suatu ketika aku pergi
ke salon hanya untuk menemani mama dan kakak-kakakku, tapi karena ada jerawat
yang mengganggu di hidung dan mukaku yang terlihat kusam akhirnya aku ikut facial dengan mamaku dan ibu-ibu yang
lain dan yang tidak aku sadari juga satu baris di salon tersebut adalah
perempuan dan hanya aku yang laki-laki. Tak lama kemudian teman Marching Band
sekaligus teman satu sekolahku Methalia Putri bersama mamanya melihatku dan
memanggilku dengan keadaan wajahku yang sedang di masker.
“Cipta?” katanya
“Me...Me.. Metha” sahutku
kaget
“Lu ngapain disini? Trus itu
muka lu kok? Ouh okeh hehehe duluan ya Cici
hehehe” katanya sambil melambaikan tangannya padaku seperti banci.
Aku hanya bengong melihatnya
disini dan mulai berpikir hal-hal buruk yang akan menimpa kepadaku, dan
ternyata benar teman-teman Marching Band dan teman-teman sekolahku dengan resmi
memanggilku ‘BANCI’. -_-
Bersambung......
Sampai ketemu hari Kamis, 26 Februari 2015
No comments:
Post a Comment